Pagi ini berbeda sekali dari biasanya, pagi yang dingin ini
tampak begitu mencekam. Sekelimut kabut yang tebal membuat suasana semakin
mencekam dan tak bersahabat. Karena hari ini diramalkan akan terjadi serangan,
semua semut tampak sibuk didalam kepanikan mempersiapkan segalanya untuk
menghadapi serangan serangga pencuri madu. Etos teamwork terlihat jelas sekali pagi
ini di koloni semut, semua bekerja bahu membahu membuat bunker untuk
persembunyian para wanita dan anak-anak. Kalau menurutku, bangsa semut adalah
satu-satunya bangsa yang mempunyai kerjasama team yang tidak ada bandingannya
di dunia ini. Aku baru menyadari bahwa aku punya keluarga besar yang saling
membutuhkan dan saling melindungi disini. Kesadaran itu mendorongku untuk
melakukan sesuatu yang berguna bagi koloni semut. Tanpa ragu akhirnya aku bergabung menjadi volunteer pasukan
perang (sebenernya ragu sih dikit, karena badanku agak gempal berlemak gini),
aku dengan rela akan mengabdi menjadi prajurit yang akan berdiri di barisan
terdepan melindungi kelangsungan hidup koloni ku. Mungkin ini yang kusebut jiwa
nasionalisme yang tumbuh menggelora versi semut. Pedro juga begitu, kudengar
dia juga ikut menjadi volunteer pasukan perang bangsa lebah. Dan karena mungkin
merasa senasib, kami militan bangsa semut dan lebah bekerjasama untuk melawan
para serangga pencuri madu. Namun aku dan pedro tidak akan berperang di medan
yang sama, karena dia ada di divisi pasukan udara, dan aku di divisi pasukan
darat. Kami para semut hanya dipersenjatai dengan mulut kami untuk menggigit
dan air kencing kami yang kadar keasamannya bisa membuat luka menjadi perih dan
membengkak. Sedangkan pasukan udara mengandalkan kekuatan fisik mereka dan
senjata pamungkasnya adalah sengatan mereka. Tetapi sengatan para lebah hanya
digunakan jika mendesak saja, karena lebah akan segera mati setelah melepaskan
sengatan mereka dari tubuhnya. Sengatan mereka bisa dibilang adalah nyawa
mereka. Saat apel pagi, aku menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Pedro.
“kamu siap Ant’?”
“yaa, begitulah dro.. mungkin ini baktiku yang terakhir yang
bisa kuberikan kepada bangsa semut. Setelah selama ini aku melupakan mereka.”
“jadi kamu sudah gak mikirin Surkenti lagi?”
“gimana ya? aku sadar kami tidak akan pernah bisa bersatu,
tetapi Surkenti selalu ada abadi di dalam hatiku. Kalau nanti seandainya aku
mati dalam perang ini dan tak sempat mengatakan cintaku padanya, tolong
sampaikan padanya ya dro, kalau dia selalu ada abadi didalam hatiku, meski
jasadku sudah hilang menjadi debu..” (wedjiiaaan..!!)
“wooooo… so sweet tenan dapurmu Ant’! gak percaya aku kalau
bentukmu yang kaya buntelan kentut itu bisa bilang kaya gituan tadi..”
“wuuuoooo, semprul koe dro! Gak percuma kan aku selalu nangis
nonton drama korea kalau jadinya romantic beudz kaya tadi.. hahahah!”
“ih, njijiki.. masak tontonanmu drama korea? Menye menye..
Kaya Aku dong jantan.”
“emang kamu suka nonton apa Dro?”
Dengan
muka innocent kaya gak punya dosa dia pun menjawab:
“Chibi maruko Chan…”
“wuahahahahaha!! Buuooossssooookkk!! Luwih parah seko aku!!
Pekkoookkk, hahahaha!”
Obrolanku
dengan Pedro kali ini lumayan mencairkan ketegangan sebelum kami berangkat
berperang. Tetapi tiba2 aku ingat dengan Surkenti, sedang apa ya dia? Apa dia
ikut menyerbu kami? Aku jadi khawatir dengannya jika dia benar2 ikut dalam
perang kali ini. Di satu sisi aku harus
membela bangsaku dari serangan para pencuri madu, tapi di sisi lain aku
mencintai Surkenti, seekor kupu-kupu yang jelas2 adalah musuh dari bangsa semut.
Mungkin ini yang dinamakan galau yang benar2 galau atau anak 4L@y biasa
menyebutnya “galau tingkat dewa”. Aku merasa bagai memakan buah similikimi, eh?
Buah similikiti, eh? Buah simalakasim, eh? Buah sigamalama.. ahh! Cukup!! apa
lah itu namanya, Manusia emang suka aneh2 kalau membuat istilah. Kembali ke
taaaank.. top! :D, Pikiranku kembali melayang ke Surkenti, semua yang telah
kami alami sangat sulit untuk kuhapus dari ingatanku. Adegan di otakku pun
mulai memutar flashback scene2 ku bersama Surkenti. Saat aku dikejar emprit
tulalit, lalu tentang perkenalanku dengan seekor ulat kecil tembem berwarna
hijau yang lucu, Pohon Jimmy Hendrix. . . . . sebentar, sebentar… Pohon Jimmy
Hendrix . . . . .?? Blueberry!!! Itu dia jawaban dari krisis keseranggaan ini!!!
Kenapa tidak terpikir dari kemarin2..
hahahaha!! Kalau tak pikir-pikir lagi, pohon Jimmy Hendrix itu memang
special. Disaat semua pohon dan tanaman mati karena kemarau panjang, Pohon unik
ini masih berdiri tegak dengan buah blueberry yang melimpah dibalik daun
lebatnya sepanjang tahun. Kalau menurutku, bibit Jimmy Hendrix yang spesial ini
Ini harus dikembangbiakkan untuk mencukupi defisit kebutuhan makanan bagi para
serangga. Bagaimana caranya? Mudah saja, serangga memang sudah dikodratkan
berkemampuan untuk membantu penyerbukan tanaman. Hanya perlu menggerakkan semua
serangga yang sedang berperang ini untuk menebar serbuk sari, mudah kan? (mudah
dengkulmu!). Sekarang bagaimana caranya menyampaikan kepada kedua kubu yang
sedang berperang agar bisa mempraktekken ideku tadi? aku harus memberitahu Ratu
tentang ide ini sebelum para serangga pencuri madu datang menyerang. Karena
biasanya, omongan mereka yang berpangkat tinggi akan didengarkan, dibanding
omongan rakyat kecil seperti aku.
Namun
yang dikhawatirkan akhirnya datang, suara gemuruh sayap para serangga pencuri
madu terdengar dari kejauhan. Ditambah dengan suara sirine peringatan agar para
wanita dan anak2 segera masuk ke bunker, Suara itu cukup seram dan cukup
menggetarkan hatiku. Namun aku berusaha tetap berdiri tegak diantara kaki kaki
yang bergetar ini untuk membuat perubahan besar bagi kehidupan umat serangga. Aku
terus mencoba berlari menuju bunker dimana Ratu semutku bersembunyi. Dan aku
terlambat, para serangga itu sudah berada di sarang kami. Belalang tempur dan
kumbang menyerang dari darat, Mereka menyerang membabibuta. Para semut yang kalah
dalam hal fisik terdesak, diiringi teriakan sumpah serapah dengan bahasa
Ant’cient kami berusaha mempertahankan diri dari terjangan Belalang tempur dan
kumbang. Semuanya tampak ruwet dan
membingungkan, para semut sadar bahwa kami bukan lawan yang sepadan untuk
Belalang tempur dan kumbang. Akhirnya komandan kami memerintahkan para semut
untuk mundur, agar tak terlalu banyak semut yang mati sia-sia. (dalam slow
motion) aku bertiarap dan merangkak menghindari serangan. aku melihat banyak
serangga yang terluka bahkan mati berserakan, kebanyakan tubuh mereka sudah
tidak utuh lagi. ada yang berteriak kesakitan, ada yang meminta tolong, ada
yang memanggul teman yang terluka. Seperti inilah situasi perang, sangat menyedihkan,
semua ini sangat kusayangkan, jangan lagi ada perang di dunia ini!! Aku
memanggul satu semut yang terluka untuk kubawa ke tempat aman. ditengah chaos
yang terjadi, aku mendongak keatas. Mencoba melihat situasi dan keadaan para
pasukan udara. Kucari-cari dimana keberadaan sahabatku Pedro. Apa dia masih
hidup? Dan tiba2 pandanganku seperti terhipnotis untuk melihat kupu2 yang
cantik sedang bergerak lincah menghindari para lebah. Dari raut mukanya
sepertinya aku kenal.
“SURKEENTTIII….!!”
Sambil
terus kesusahan menghindari para lebah dan dengan wajah bingung dan tertegun
Kent menjawab,
“Ant’… apakabar?”
gubrak!!
masih sempat nanyain kabar? Padahal dia sedang tertekan dan dalam kesulitan.
“hey kupu-kupu, sini sembunyi
disini”
Aku
memanggilnya untuk bersembunyi sama persis seperti dulu waktu aku dikejar
emprit tulalit. Akhirnya dia berhasil menghindar dan ikut bersembunyi. sambil terengah-engah aku berkata pada
Surkenti
“Kent, aku punya sesuatu yang
sangat penting untuk ku ungkapkan padamu.”
“bukan ini saatnya Ant’. Kita
sedang di tengah perang! Waktunya tidak tepat!”
Sepertinya
Surkenti kege-eran, padahal aku mau ngomong masalah ideku untuk menghentikan
perang dengan mengarahkan massa para serangga untuk mengembangbiakkan buah
blueberry Jimmy Hendrix. (-_-)a
“tapi ini penting sekali Kent,
untuk hajat hidup para serangga! Buah blueberry! Itu jawabannya.”
Akhirnya
aku menceritakan semua ideku untuk mengembang biakkan blueberry-nya plus dengan
juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) supaya semuanya
jelas dan terlaksana dengan baik, Hehehe.
“wah kamu pintar sekali Ant’, aku malah gak kepikiran sampe
situ. Kamu kewren (logat sok bule) Ant’!”
“ahihihihi, matcacieh eaa.. aku
jadi malu.”
Kent
mencubit perutku, aku balas mencubit pipinya, eh dia balas lagi mencubit
perutku lebih keras lagi. Lagi asiknya cubit-cubitan tiba-tiba dari jauh ada
seekor lebah yang menembakkan sengatnya ke arah Kent. Reflex aku pun melompat
didepan Surkenti menghalangi sengat lebah yang mengarah ke tubuhnya. Jleeebb,
sengat itu menusuk tepat di perutku. Rasanya sakit sekali waktu pertama
tertusuk, namun setelah itu seluruh tubuhku menjadi mati rasa. Aku tak bisa
merasakan apa-apa, tapi aku mendengar jeritan Surkenti meneriakkan namaku.
“Aaaaaaaaaaaant’…… Tidaaaaaaaaak!”
Surkenti
menangis, Aku memandang Surkenti sambil berusaha tersenyum, mencoba menghapus
kesedihannya. Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa memandang Surkenti. Didalam
hatiku aku berdoa, Tuhan, beri aku waktu sebentar lagi saja untuk lebih lama
memandangnya mungkin untuk yang terakhir kali. Namun semuanya berubah menjadi
gelap, gelap gulita, aku tak bisa melihat apa-apa. Teriakan Kent yang tadinya
terdengar sayup-sayup kinipun sudah tak terdengar lagi. Semuanya gelap dan
sepi, aku sendiri. Terbayang indahnya bangsa Insecta nanti jika bisa hidup
rukun tidak saling membunuh hanya karena berebut makanan, karena mereka telah
memanfaatkan buah blueberry yang mereka semai sendiri. Namun itu semua hanya
bayangan, hanya mimpi, karena aku telah gagal, aku terlambat. Mimpiku untuk
membuat perubahan besar bagi kehidupan umat serangga sirna sudah. Bahkan aku
belum sempat mengatakan cintaku ke Surkenti.
Memang aku sudah berpesan kepada
pedro “Kalau nanti seandainya aku mati dalam perang ini dan tak sempat mengatakan
cintaku padanya, tolong sampaikan padanya ya dro, kalau dia selalu ada abadi
didalam hatiku, meski jasadku sudah hilang menjadi debu”. Tapi apa Pedro juga
masih hidup? Tadipun aku tak melihatnya saat kucari2 di udara. Yah, sudahlah,
mungkin memang kami tidak ditakdirkan bersama. Kalau yang sudah Tuhan takdirkan
memang begitu adanya, kita umatnya Cuma bisa berusaha sebaik2nya. Tapi satu
yang pasti, Surkenti selalu ada abadi didalam hatiku, meski jasadku sudah
hilang menjadi debu.
Mataku
terbuka, aku melihat pohon2 blueberry tumbuh dimana-mana. Berbagai macam
serangga bekerja sama memanen blueberry. Ada semut, lebah, kumbang, belalang,
kupu-kupu, siang makan nasi kalau malam minum susu. Hahhaa. Semuanya hidup
rukun dan saling menghargai, seperti yang aku impikan selama ini. Apa ini
Surga? Apa Tuhan telah mengabulkan segala mimpiku di dunia dengan menggantinya
di surga ini? Aku senang, aku bahagia! Tapi sayang, aku tak bisa bertemu
Surkenti disini. Aku pun berteriak.
“Surkeeennttiiiiii….!!”
“Ant’ kamu sudah siuman?”
Hah?
Aku mendengar suara Surkenti! Aku menoleh, dan benar disampingku sudah ada
surkenti. Ada juga Pedro di sebelahnya. Aku melihat sekelilingku, aku terbaring
di ranjang dengan selang infuse di tangan yang terhubung dengan buah blueberry.
“aku masih hidup?”
“iya Ant’ berkat buah Blueberry yang kau bilang ajaib,
ternyata memang ajaib. Buah inilah yang menyelamatkan nyawamu.”
“bagaimana dengan perangnya?”
Sambil
menggetok kepalaku Pedro pun berkata
“kowe keren Ant’! gak ngira aku buntelan kentut kaya kamu bisa
berpikir sebrilian itu dan menghentikan perang saudara ini!”
Surkenti
menjawab dengan halus
“perang sudah berakhir Ant’ itu semua berkat kamu. Karena
idemu yang brillian untuk mengembangbiakkan blueberry itu, sekarang sudah tidak
ada perang. semuanya bahu membahu melakukan penyerbukan untuk mengembangbiakkan
buah blueberry. Dan terbukti, buah blueberry bisa memenuhi pasokan kebutuhan
makanan para serangga. Oh iya Ant’ terimakasih waktu itu kau sudah mengorbankan
dirimu untuk menyelamatkanku.”
Tiba-tiba
Surkenti menciumku, aku kaget dan malu. Tapi bahagia sekali, semua yang
kuimpikan akhirnya terwujud dan semua orang yang kucintai akhirnya bisa
berkumpul. Terimakasih Tuhan, kau telah benar benar mewujudkan kedamaian dan
menciptakan cinta di dunia serangga.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar