Powered By Blogger

Minggu, 02 September 2012

SURKENTI – tetralogy (part 4 – closing stages)


Pagi ini berbeda sekali dari biasanya, pagi yang dingin ini tampak begitu mencekam. Sekelimut kabut yang tebal membuat suasana semakin mencekam dan tak bersahabat. Karena hari ini diramalkan akan terjadi serangan, semua semut tampak sibuk didalam kepanikan mempersiapkan segalanya untuk menghadapi serangan serangga pencuri madu. Etos teamwork terlihat jelas sekali pagi ini di koloni semut, semua bekerja bahu membahu membuat bunker untuk persembunyian para wanita dan anak-anak. Kalau menurutku, bangsa semut adalah satu-satunya bangsa yang mempunyai kerjasama team yang tidak ada bandingannya di dunia ini. Aku baru menyadari bahwa aku punya keluarga besar yang saling membutuhkan dan saling melindungi disini. Kesadaran itu mendorongku untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi koloni semut. Tanpa ragu  akhirnya aku bergabung menjadi volunteer pasukan perang (sebenernya ragu sih dikit, karena badanku agak gempal berlemak gini), aku dengan rela akan mengabdi menjadi prajurit yang akan berdiri di barisan terdepan melindungi kelangsungan hidup koloni ku. Mungkin ini yang kusebut jiwa nasionalisme yang tumbuh menggelora versi semut. Pedro juga begitu, kudengar dia juga ikut menjadi volunteer pasukan perang bangsa lebah. Dan karena mungkin merasa senasib, kami militan bangsa semut dan lebah bekerjasama untuk melawan para serangga pencuri madu. Namun aku dan pedro tidak akan berperang di medan yang sama, karena dia ada di divisi pasukan udara, dan aku di divisi pasukan darat. Kami para semut hanya dipersenjatai dengan mulut kami untuk menggigit dan air kencing kami yang kadar keasamannya bisa membuat luka menjadi perih dan membengkak. Sedangkan pasukan udara mengandalkan kekuatan fisik mereka dan senjata pamungkasnya adalah sengatan mereka. Tetapi sengatan para lebah hanya digunakan jika mendesak saja, karena lebah akan segera mati setelah melepaskan sengatan mereka dari tubuhnya. Sengatan mereka bisa dibilang adalah nyawa mereka. Saat apel pagi, aku menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Pedro.

            “kamu siap Ant’?”
“yaa, begitulah dro.. mungkin ini baktiku yang terakhir yang bisa kuberikan kepada bangsa semut. Setelah selama ini aku melupakan mereka.”
“jadi kamu sudah gak mikirin Surkenti lagi?”
“gimana ya? aku sadar kami tidak akan pernah bisa bersatu, tetapi Surkenti selalu ada abadi di dalam hatiku. Kalau nanti seandainya aku mati dalam perang ini dan tak sempat mengatakan cintaku padanya, tolong sampaikan padanya ya dro, kalau dia selalu ada abadi didalam hatiku, meski jasadku sudah hilang menjadi debu..” (wedjiiaaan..!!)
“wooooo… so sweet tenan dapurmu Ant’! gak percaya aku kalau bentukmu yang kaya buntelan kentut itu bisa bilang kaya gituan tadi..”
“wuuuoooo, semprul koe dro! Gak percuma kan aku selalu nangis nonton drama korea kalau jadinya romantic beudz kaya tadi.. hahahah!”
“ih, njijiki.. masak tontonanmu drama korea? Menye menye.. Kaya Aku dong jantan.”
“emang kamu suka nonton apa Dro?”
Dengan muka innocent kaya gak punya dosa dia pun menjawab:
“Chibi maruko Chan…”
“wuahahahahaha!! Buuooossssooookkk!! Luwih parah seko aku!! Pekkoookkk, hahahaha!”
Obrolanku dengan Pedro kali ini lumayan mencairkan ketegangan sebelum kami berangkat berperang. Tetapi tiba2 aku ingat dengan Surkenti, sedang apa ya dia? Apa dia ikut menyerbu kami? Aku jadi khawatir dengannya jika dia benar2 ikut dalam perang  kali ini. Di satu sisi aku harus membela bangsaku dari serangan para pencuri madu, tapi di sisi lain aku mencintai Surkenti, seekor kupu-kupu yang jelas2 adalah musuh dari bangsa semut. Mungkin ini yang dinamakan galau yang benar2 galau atau anak 4L@y biasa menyebutnya “galau tingkat dewa”. Aku merasa bagai memakan buah similikimi, eh? Buah similikiti, eh? Buah simalakasim, eh? Buah sigamalama.. ahh! Cukup!! apa lah itu namanya, Manusia emang suka aneh2 kalau membuat istilah. Kembali ke taaaank.. top! :D, Pikiranku kembali melayang ke Surkenti, semua yang telah kami alami sangat sulit untuk kuhapus dari ingatanku. Adegan di otakku pun mulai memutar flashback scene2 ku bersama Surkenti. Saat aku dikejar emprit tulalit, lalu tentang perkenalanku dengan seekor ulat kecil tembem berwarna hijau yang lucu, Pohon Jimmy Hendrix. . . . . sebentar, sebentar… Pohon Jimmy Hendrix . . . . .?? Blueberry!!! Itu dia jawaban dari krisis keseranggaan ini!!! Kenapa tidak terpikir dari kemarin2..  hahahaha!! Kalau tak pikir-pikir lagi, pohon Jimmy Hendrix itu memang special. Disaat semua pohon dan tanaman mati karena kemarau panjang, Pohon unik ini masih berdiri tegak dengan buah blueberry yang melimpah dibalik daun lebatnya sepanjang tahun. Kalau menurutku, bibit Jimmy Hendrix yang spesial ini Ini harus dikembangbiakkan untuk mencukupi defisit kebutuhan makanan bagi para serangga. Bagaimana caranya? Mudah saja, serangga memang sudah dikodratkan berkemampuan untuk membantu penyerbukan tanaman. Hanya perlu menggerakkan semua serangga yang sedang berperang ini untuk menebar serbuk sari, mudah kan? (mudah dengkulmu!). Sekarang bagaimana caranya menyampaikan kepada kedua kubu yang sedang berperang agar bisa mempraktekken ideku tadi? aku harus memberitahu Ratu tentang ide ini sebelum para serangga pencuri madu datang menyerang. Karena biasanya, omongan mereka yang berpangkat tinggi akan didengarkan, dibanding omongan rakyat kecil seperti aku.
Namun yang dikhawatirkan akhirnya datang, suara gemuruh sayap para serangga pencuri madu terdengar dari kejauhan. Ditambah dengan suara sirine peringatan agar para wanita dan anak2 segera masuk ke bunker, Suara itu cukup seram dan cukup menggetarkan hatiku. Namun aku berusaha tetap berdiri tegak diantara kaki kaki yang bergetar ini untuk membuat perubahan besar bagi kehidupan umat serangga. Aku terus mencoba berlari menuju bunker dimana Ratu semutku bersembunyi. Dan aku terlambat, para serangga itu sudah berada di sarang kami. Belalang tempur dan kumbang menyerang dari darat, Mereka menyerang membabibuta. Para semut yang kalah dalam hal fisik terdesak, diiringi teriakan sumpah serapah dengan bahasa Ant’cient kami berusaha mempertahankan diri dari terjangan Belalang tempur dan kumbang.  Semuanya tampak ruwet dan membingungkan, para semut sadar bahwa kami bukan lawan yang sepadan untuk Belalang tempur dan kumbang. Akhirnya komandan kami memerintahkan para semut untuk mundur, agar tak terlalu banyak semut yang mati sia-sia. (dalam slow motion) aku bertiarap dan merangkak menghindari serangan. aku melihat banyak serangga yang terluka bahkan mati berserakan, kebanyakan tubuh mereka sudah tidak utuh lagi. ada yang berteriak kesakitan, ada yang meminta tolong, ada yang memanggul teman yang terluka. Seperti inilah situasi perang, sangat menyedihkan, semua ini sangat kusayangkan, jangan lagi ada perang di dunia ini!! Aku memanggul satu semut yang terluka untuk kubawa ke tempat aman. ditengah chaos yang terjadi, aku mendongak keatas. Mencoba melihat situasi dan keadaan para pasukan udara. Kucari-cari dimana keberadaan sahabatku Pedro. Apa dia masih hidup? Dan tiba2 pandanganku seperti terhipnotis untuk melihat kupu2 yang cantik sedang bergerak lincah menghindari para lebah. Dari raut mukanya sepertinya aku kenal.
                “SURKEENTTIII….!!”
Sambil terus kesusahan menghindari para lebah dan dengan wajah bingung dan tertegun Kent menjawab,
                “Ant’… apakabar?”
gubrak!! masih sempat nanyain kabar? Padahal dia sedang tertekan dan dalam kesulitan.
                “hey kupu-kupu, sini sembunyi disini”
Aku memanggilnya untuk bersembunyi sama persis seperti dulu waktu aku dikejar emprit tulalit. Akhirnya dia berhasil menghindar dan ikut bersembunyi.  sambil terengah-engah aku berkata pada Surkenti
                “Kent, aku punya sesuatu yang sangat penting untuk ku ungkapkan padamu.”
                “bukan ini saatnya Ant’. Kita sedang di tengah perang! Waktunya tidak tepat!”
Sepertinya Surkenti kege-eran, padahal aku mau ngomong masalah ideku untuk menghentikan perang dengan mengarahkan massa para serangga untuk mengembangbiakkan buah blueberry Jimmy Hendrix. (-_-)a
                “tapi ini penting sekali Kent, untuk hajat hidup para serangga! Buah blueberry! Itu jawabannya.”
Akhirnya aku menceritakan semua ideku untuk mengembang biakkan blueberry-nya plus dengan juklak (petunjuk pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis) supaya semuanya jelas dan terlaksana dengan baik, Hehehe.
“wah kamu pintar sekali Ant’, aku malah gak kepikiran sampe situ. Kamu kewren (logat sok bule) Ant’!”
                “ahihihihi, matcacieh eaa.. aku jadi malu.”
Kent mencubit perutku, aku balas mencubit pipinya, eh dia balas lagi mencubit perutku lebih keras lagi. Lagi asiknya cubit-cubitan tiba-tiba dari jauh ada seekor lebah yang menembakkan sengatnya ke arah Kent. Reflex aku pun melompat didepan Surkenti menghalangi sengat lebah yang mengarah ke tubuhnya. Jleeebb, sengat itu menusuk tepat di perutku. Rasanya sakit sekali waktu pertama tertusuk, namun setelah itu seluruh tubuhku menjadi mati rasa. Aku tak bisa merasakan apa-apa, tapi aku mendengar jeritan Surkenti meneriakkan namaku.
                “Aaaaaaaaaaaant’…… Tidaaaaaaaaak!”
Surkenti menangis, Aku memandang Surkenti sambil berusaha tersenyum, mencoba menghapus kesedihannya. Mungkin ini terakhir kalinya aku bisa memandang Surkenti. Didalam hatiku aku berdoa, Tuhan, beri aku waktu sebentar lagi saja untuk lebih lama memandangnya mungkin untuk yang terakhir kali. Namun semuanya berubah menjadi gelap, gelap gulita, aku tak bisa melihat apa-apa. Teriakan Kent yang tadinya terdengar sayup-sayup kinipun sudah tak terdengar lagi. Semuanya gelap dan sepi, aku sendiri. Terbayang indahnya bangsa Insecta nanti jika bisa hidup rukun tidak saling membunuh hanya karena berebut makanan, karena mereka telah memanfaatkan buah blueberry yang mereka semai sendiri. Namun itu semua hanya bayangan, hanya mimpi, karena aku telah gagal, aku terlambat. Mimpiku untuk membuat perubahan besar bagi kehidupan umat serangga sirna sudah. Bahkan aku belum sempat mengatakan cintaku ke Surkenti.   Memang aku sudah berpesan kepada pedro “Kalau nanti seandainya aku mati dalam perang ini dan tak sempat mengatakan cintaku padanya, tolong sampaikan padanya ya dro, kalau dia selalu ada abadi didalam hatiku, meski jasadku sudah hilang menjadi debu”. Tapi apa Pedro juga masih hidup? Tadipun aku tak melihatnya saat kucari2 di udara. Yah, sudahlah, mungkin memang kami tidak ditakdirkan bersama. Kalau yang sudah Tuhan takdirkan memang begitu adanya, kita umatnya Cuma bisa berusaha sebaik2nya. Tapi satu yang pasti, Surkenti selalu ada abadi didalam hatiku, meski jasadku sudah hilang menjadi debu.
Mataku terbuka, aku melihat pohon2 blueberry tumbuh dimana-mana. Berbagai macam serangga bekerja sama memanen blueberry. Ada semut, lebah, kumbang, belalang, kupu-kupu, siang makan nasi kalau malam minum susu. Hahhaa. Semuanya hidup rukun dan saling menghargai, seperti yang aku impikan selama ini. Apa ini Surga? Apa Tuhan telah mengabulkan segala mimpiku di dunia dengan menggantinya di surga ini? Aku senang, aku bahagia! Tapi sayang, aku tak bisa bertemu Surkenti disini. Aku pun berteriak.
                “Surkeeennttiiiiii….!!”
                “Ant’ kamu sudah siuman?”
Hah? Aku mendengar suara Surkenti! Aku menoleh, dan benar disampingku sudah ada surkenti. Ada juga Pedro di sebelahnya. Aku melihat sekelilingku, aku terbaring di ranjang dengan selang infuse di tangan yang terhubung dengan buah blueberry.
                “aku masih hidup?”
“iya Ant’ berkat buah Blueberry yang kau bilang ajaib, ternyata memang ajaib. Buah inilah yang menyelamatkan nyawamu.”
“bagaimana dengan perangnya?”
Sambil menggetok kepalaku Pedro pun berkata
“kowe keren Ant’! gak ngira aku buntelan kentut kaya kamu bisa berpikir sebrilian itu dan menghentikan perang saudara ini!”
Surkenti menjawab dengan halus
“perang sudah berakhir Ant’ itu semua berkat kamu. Karena idemu yang brillian untuk mengembangbiakkan blueberry itu, sekarang sudah tidak ada perang. semuanya bahu membahu melakukan penyerbukan untuk mengembangbiakkan buah blueberry. Dan terbukti, buah blueberry bisa memenuhi pasokan kebutuhan makanan para serangga. Oh iya Ant’ terimakasih waktu itu kau sudah mengorbankan dirimu untuk menyelamatkanku.”
Tiba-tiba Surkenti menciumku, aku kaget dan malu. Tapi bahagia sekali, semua yang kuimpikan akhirnya terwujud dan semua orang yang kucintai akhirnya bisa berkumpul. Terimakasih Tuhan, kau telah benar benar mewujudkan kedamaian dan menciptakan cinta di dunia serangga.
END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar